Kapribaden Header
Home Romo Herucokro Semono Kapribaden Organisasi Pengalaman Sejati Tanya Jawab F.A.Q. Kontak
 
Home » Romo Herucokro Semono » Halaman 1
 
Biografi
   
Halaman : [1] [2] [3] [4]
 

Romo Herucokro Semono

Romo M. Semono Sastrohadidjojo
( Romo Herucokro Semono )
1900 - 1981



Sebelum tahun 1900, seorang isteri “padhemi” (isteri resmi), dibuang dalam arti diberikan kepada seseorang yang dinilai berjasa.

Itu karena desakan seorang “selir” yang sangat dicintainya.
Hal demikian, tidak jarang terjadi pada jaman itu.
Isteri “priyagung” itu bernama Dewi Nawangwulan. Kepergiannya, disertai seorang dayang (emban), bernama Rantamsari.

Dewi Nawangwulan, dibuang (“dikhendangake”) dan diberikan kepada Ki Kasandikromo, yang sering juga disebut Ki Kasan Kesambi, seorang tokoh spiritual pada jamannya, yang berdiam di desa Kalinongko. Gunung Damar, Kecamatan Loano. Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Saat dibuang, Dewi Nawangwulan dalam keadaan mengandung.
Lahir bayi yang diberi nama Semono. Ibunya, Dewi Nawangwulan wafat. Tidak lama kemudian disusul Rantamsari, dayangnya, juga meninggal dunia.
Keduanya dimakamkan di Puncak Gunung Damar, Purworejo.

Ki Kasandikromo, tidak pernah mau menggangap, apalagi memperlakukan Dewi Nawangwulan sebagai isterinya. Tetap dianggap dan diperlakukan sebagai “ratu”-nya. Demikian pula isterinya, Nyi Kasandhikromo.

Semono dipelihara dan dibesarkan Ki Kasandikromo. Di sekolahkan di Sekolah Ongko Loro (SD yang 5 tahun tamat untuk pribumi). Semono yang lahir tahun 1900 harinya Jumat Pahing. Tidak ada catatan resmi tanggal dan bulannya. Hal biasa pada jaman itu.

Semono, semasa sekolah, setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat kliwon, membolos bukan karena malas atau nakal tetapi karena malu.
Pada saat matahari tepat di atas, saat semua orang tidak ada bayangannya. Semono bayanganya 12. Karena selalu jadi tontonan teman-temannya, jadi malu. Maka lebih baik membolos.

Tamat SD itu, langsung diangkat menjadi guru bantu.

Suatu hari, pemuda Semono yang saat itu berusia 14 tahun (sudah dianggap dan diperlakukan sebagai seorang dewasa pada jaman itu), disuruh Nyi Kasan mengambilkan minyak, didalam satu bilik rumah mereka. Ternyata di dalam bilik itu, tertidur lelap seorang gadis kemenakan Nyi Kasan. Dalam kelelapan tidurnya, kain yang dipakai tersingkap, jadi tubuhnya kelihatan terbuka.

Pemuda Semono, melihat itu “Mengkorok” (Berdiri bulu di tubuhnya).
Semono lalu merenung. Mempertanyakan, apa sebenarnya yang menggerakan bulu-bulu tubuhnya itu ?
Renungan demi renungan, tidak menemukan jawaban.

Akhirnya Semono memutuskan, minta ijin Ki Kasan untuk pergi bertapa.

 

Copyright © 2005-2024 Kapribaden - V.1.9. All rights reserved.